beritamenang.com Jakarta – Mengurangi bahaya rokok adalah intervensi berhenti merokok yang semakin umum.
Hal ini tercermin dari meningkatnya penggunaan produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, tembakau panas (HTP) dan hotspot, yang menarik perhatian pemerintah di seluruh dunia. situs slot gacor
Menurut Laporan Pengurangan Kerusakan Tembakau Global 2021, jumlah surat kabar di seluruh dunia akan meningkat dari 68 juta pada tahun 2020 menjadi 82 juta pada tahun 2021.
Karena potensinya yang besar, sangat dibutuhkan informasi yang akurat tentang regulasi tembakau alternatif untuk mendukung industri yang sedang berkembang.
Baru-baru ini, telah terjadi perdebatan tentang pengaruh perisa cair (flavor) terhadap penurunan tingkat merokok.
Profesor Bernd Meier, pakar toksikologi di University of Graz, mengatakan berbagai peraturan yang melarang penjualan berbagai jenis rasa rokok elektrik ke publik bermula dari ketidaktahuan umum akan kandungan rasa rokok elektrik itu sendiri.
Bernd menjelaskan bahwa rasa yang berbeda tidak ditujukan untuk anak-anak, melainkan ditujukan untuk pemilihan pengguna vape dewasa seperti dirinya.
“Analisis dilakukan di laboratorium terakreditasi. Hasil menunjukkan bahwa rasa tembakau adalah yang paling kompleks karena mengandung hingga 60-70 senyawa individu. Sebaliknya, senyawa dalam rasa vape lain biasanya hanya terdiri dari 10 senyawa individu. Siaran Pers, Jumat, 24/6/2022.
Di sisi lain, pakar kesehatan asing Dr Alex Woodak mengatakan rokok elektrik, rokok panas, dan produk alternatif yang terdiri dari nikotin dan kantong nikotin adalah inovasi yang mengganggu yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Ketua Australian Alliance for Tobacco Harm Reduction (ATHRA) yang memulai artikel innatembakau.com mengatakan, penerbitan jurnal kesehatan tentang produk tembakau alternatif menjadi tantangan utama Australia, selain kekhawatiran beredarnya informasi yang salah.
pencarian lokal
Ario Andrianto, presiden Asosiasi Penguap Pribadi Indonesia (APVI), sedang mengevaluasi penggunaan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, karena masyarakat menjadi lebih sadar akan pro dan kontra dalam mengurangi risiko kesehatan, menurut pendapat lokal.
Industri rokok elektrik dalam negeri juga menjanjikan dan berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja.
“Industri rokok elektrik saat ini dapat menampung 80 hingga 100.000 pekerja. Kami yakin rokok elektrik akan terus tumbuh selama dekade berikutnya, inovasi akan terus berlanjut dan bisnis akan tumbuh,” katanya.
Selain itu, Johan Sumantri, Presiden Asosiasi Rokok elektrik Indonesia (AVI), mengakui industri yang sedang berkembang ini membutuhkan lebih banyak penelitian untuk mendukung pemahaman publik dan merumuskan kebijakan yang lebih akurat.
Johan berharap bisa menyamakan kewajiban masyarakat, industri dan pemerintah dalam hal regulasi.
Dia menggambarkan sinkronisasi misi sebagai batu loncatan penting untuk pencapaian tujuan bersama.
“Kolaborasi dan kolaborasi antara pemerintah, pemangku kepentingan bisnis, konsumen, akademisi, dan kelompok masyarakat sangat penting untuk merumuskan kebijakan berbasis bukti yang tepat untuk mendukung transisi ke perokok dewasa rendah tembakau yang berjuang untuk berhenti merokok. Produk Tembakau Berbahaya” kata Yohanes.